Kamis, 03 Februari 2011

BERAWAL dari peringatan

IDwebhost.com Trend Hosting Indonesia ~> BERAWAL dari peringatan hari kepolisian yang digelar pada 25 Januari lalu, sebagian masyarakat Mesir serentak mengadakan aksi demonstrasi besar-besaran di berbagai tempat, yakni Kota Kairo, Alexandria, dan Suez.

Mereka menggalang kekuatan dari social network (jejaring sosial) twitter. Berikut catatan atas krisis politik di Mesir serta kondisi mahasiswa Indonesia,khususnya asal Sulawesi Selatan (Sulsel),yang dilaporkan Jamalullail,mahasiswa S-2 asal Bone di Universitas Al Azhar,Kairo, kepada SINDO,kemarin. Sejak kelompok anti-Presiden Mesir Hosni Mubarak bergerak pada Selasa (25/1), kami sudah tidak bisa keluar seenaknya demi keamanan. Jam larangan malam pun langsung diberlakukan pada hari itu juga,mulai pukul 15.00 hingga pukul 08.00 pagi,waktu setempat. Pemberlakuan jam larangan malam ini baru dipersempit kemarin (Rabu,2/2). Larangan malam diundur ke pukul 17.00 sampai pukul 07.00 pagi.Namun, bukan berarti kami bebas keluar rumah. Suasana di sini masih seperti hari-hari sebelumnya, bahkan semakin mengkhawatirkan karena pasokan makanan terus menipis.

Sementara itu, hampir semua pertokoan tutup. Keluar untuk salat berjamaah di masjid terdekat saja, belum bisa kami lakukan. Kemarin, teman-teman kami dari Indonesia sempat mau ke masjid melaksanakan salat magrib, tapi tetangga orang Mesir melarang dan menyuruh kami naik kembali ke rumah.Alasannya di luar,sebagian orang-orang Mesir berjaga dengan benda- benda tajam dan tumpul untuk menghalau para penjarah. Sempat juga kami khawatir dan berjaga-jaga di dalam rumah sampai larut malam. Kondisi umum kami masih cukup aman di sini, asalkan tidak keluar rumah.Warga Mesir juga terus memantau keberadaan kami dan ikut menjaga serta memberikan peringatan jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan. Mereka sangat baik,apalagi kalau mereka tahu kami adalah pelajar dari Indonesia.Mereka memberi perhatian cukup besar.

Kami juga merasa sangat terjaga dengan kebaikan mereka. Namun, yang sangat mengkhawatirkan, sampai kapan di sini? Kami hanya berdiam diri di rumah dan hanya keluar untuk membeli bahan makanan atau keperluan yang sangat mendesak. Harga-harga terus naik.Bahkan,menurut Awaluddin, teman sesama mahasiswa Indonesia di Tajammu, sekarang semua toko sudah tutup.Kami menginginkan pemerintah melakukan evakuasi secepatnya agar kami bisa tenang. Komunikasi dengan keluarga di Tanah Air juga sangat sulit. Jaringan telepon selulur diputus, layanan internet juga terputus. Di sini, kami tinggal di flat di Kattameya, sekitar 30 kilometer dari pusat aksi demonstrasi di Tahrir. Kondisi krisis di lembah Nil ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Kondisi ini tidak mungkin bisa segera pulih sehingga kami ingin segera pulang.Tetapi,tidak mungkin bisa pulang sendiri karena biayanya mahal. Akses penerbangan juga sangat susah. Jumat (28/1) lalu,para demonstran anti-Presiden Hosni Mubarak menggelar Yaumul Ghadab, atau hari kemarahan rakyat Mesir.Kemudian Selasa (1/2) lalu, mereka menggelar demo 1 juta pengikut. Hari ini,akan digelar Yaumu Attarhil (hari desakan pengunduran diri) untuk Presiden Mubarak. Sekarang,perkuliahan ditutup sampai batas yang belum ditentukan. Bagaimana mungkin kami bisa bertahan di Mesir, di kala perkuliahan tutup? Stabilitas politik tidak menentu, keamanan mengancam, dan kekurangan logistik melilit. Sampai saat ini memang belum ada pernyataan resmi dari pihak Universitas Al Azhar.

Mungkin masih menunggu keputusan Kementerian Pendidikan Mesir.Namun, sementara seluruh kampus diliburkan. Untuk perkuliahan di Al Azhar, saat ini memasuki masa-masa menjelang ujian,kurang lebih empat bulan ke depan. Ujian termin kedua di Al Azhar jatuh pada akhir Mei sampai awal Juni. Kemarin, mahasiswa Al Azhar baru saja menyelesaikan ujian Termin I (awal),24 Januari.Kemudian, 25 Januari, demo mulai mewarnai Mesir. Kami khawatir, Universitas Al Azhar menskorsing (menunda) jadwal ujian sampai tahun depan karena ada sebagian teman kami yang hanya memiliki satu atau dua materi pada termin II (akhir tahun).

Kalau skorsing itu jadi, kami hanya ingin––sebagai pelajar–– dipermudah untuk kembali menuntut ilmu dan memasuki Mesir kembali. Mudah-mudahan kondisinya bisa cepat pulih,walau tidak mungkin dalam waktu dekat ini.